Seperti gugurnya daun kering
Melayang tertiup angin jatuh tak tentu arah
Lelah, sedih dan terluka……….
Ukh ! rutukku dalam hati. Aku
menarik nafas dalam-dalam dan menghelanya dengan berlahan. Ini adalah saat yang
paling tidak aku sukai. Saat dimana aku tidak bisa melakukan apa-apakecuali
berbaring di atas ranjang, mengistirahatkan tubuhku yang lemas dan terasa sakit
. Ya sakit gara-gara cewek sialan itu, yang merengek rengek memintaku untuk
datang ke rumahnya di pagi – pagi buta, Cuma karena mintak di antar kerumah
temannya. Okh..no! Apa tidak bisa ya tunggu agak siangan dikit, atau menunggu hujannya
agak reda?.
Sudah bagus aku mau penuhi permintaannya, eh masih saja dia menelponku dan
berteriak – tariak agar aku lebih cepat lagi sampai di rumahnya, padahal aku
paling tidak suka ditekan seperti itu. Tapi entah kenapa kuturuti juga
kemauannya. Akhirnya aku nekat berangkat dengan menggunakan mantel, aku terjang
hujan menyusuri jalanan menuju rumahnya.Padahal jarak antara rumahku dan
rumahnya bukanlah jarak yang dekat.
Dan benar saja meskipun kucoba untuk cepat sampai ke rumahnya, tapi tetap saja sampai
disana sudah siang. Yang lebih menyebalkan lagi sesampainnya di sana dia malah
marah –marah dan mengajakku bertengkar. Akhirnya kami berdua tidak jadi pergi
ke acara pesta temannya, dan akupun kembali ke pulang . Benar – benar
menyebalkan.
Akhirnya aku menemukanmu saat aku
bergelut dengan waktu
Beruntung aku menemukanmu, jangan pernah tinggalkan aku
“Kak Reno ada tamu kakak tuh,
cewek. Aku suruh masuk ya..?”
Tiba-tiba suara adikku membuyarkan lamunanku. Aku menoleh ke arah pintu dan
mendapati adikku sedang menjulurkan kepalanya kecelah pintu kamarku.
Dibelakangnya samar-samar aku melihat bayangan seseorang berbaju kuning.
Ini pasti Anggun, mau mintak ma’af! Ujarku dalam hati. Dengan sedikit sebal aku
jawab “ Ya sudah suruh masuk aja!”.
Namun setelah adikku mempersilahkan tamu tersebut masuk, betapa terkejutnya
diriku ternyata aku berhadapan dengan seseorang yang tidak aku sangka-sangka
akan aku temui di sini di rumah ini. Gadis yang berdiri di hadapanku di sini
bukanlah Anggun dan juga bukan teman – temanku yang lainnya.
Seindah bunga di taman terkena
sinar matahari di pagi hari
Harum semerbak terbawa hembusan angin
Saat hadirmu di sini
Dan lara berakhir sudah
“ Indah kok kamu mau datang ke
sini?” sapaku dengan suara bergetar. Padahal kamukan paling tidak suka datang
berkunjung ke rumah cowok” Indah, gadis itu hanya tersenyum tipis dan berjalan
mendekatiku. “ Ya, Reno apa kabar kamu? Aku dengar dari adikmu, katanya kamu
sakit setelah pulang dari liburan beberapa hari yang lalu?” Tanyanya sembari
menarik kursi dari belakang meja dan duduk di sebelah ranjang ku.
Aku menghela nafas dan berujar, “ Ceritanya panjang Indah, yang jelas ini semua
gara-gara cewek sialan itu, entah, maunya apa perempuan itu…”
Dengan tertawa getir aku menatapnya dalam – dalam, namun ekspresi indah tidak
berubah, hanya tatapan sayu yang tertuju ke arah diriku. “Sejak kapan kamu
pulang ke sini, kamukan belum lama pindah, apa kamu sedang liburan?”
Indah menganggukkan kepalanya “ Iya.. aku sekarang sedangliburan, makanya aku
bisa pulang,terus ke sini sekalian menanyakan kabar kamu. Kamu sendiri
bagaimana kabarnya?”
“ Aku baik-baik saja, hanya memang sekarang aku sedang tidak enak badan, sudah
ke dokter, katanya aku terserang flu, untung pas libur panjang jadi tidak
mengganggu aktifitasku..
Akh, bisa aja kamu, begitu aja dibilang sukses, kamukan tahu cita-citaku
sebenarnya adalah..”
“..Jadi dokter!” potongku dengan cepat.
Indah membelalakkan matanya dan menatapku aneh.
“ Kok kamu masih ingat?, kan sudah lama sekali!”
“Bagaimana aku bisa lupa, kamukan dulu seringkali bilang begitu sama
aku.Tentulah aku ingat” Ujarku,sambil tersenyum dan kuberanikan diri untuk
memegang tangannya.Aliran listrik bagai menjalar dalam tubuhku saat tangan kami
bersentuhan
Sudah lama sekali…..
Akhirnya aku menemukanmu
Saat aku bergelut dengan waktu
Beruntung aku menemukanmu
Jangan pernah berhenti mencintaiku
“Akh, kamu tu ya!” Indah tersipu
malu.
“Indah..bagaimanapun juga, kamu adalah satu-satunya wanita yang tak mungkin
bisa aku lupakan begitu saja”
Mendengar kata-kataku tadi indah berhenti tersenyum dan menundukan
kepalanya,ekspresinya sulit dibaca. Duh salah ngomong aku, seharusnya aku tadi
tidak ngomong begitu! Sesalku dalam hati.
“ Indah….” ucapku dengan halus, mencoba untuk memperjelas situasi.
“ Reno sepertinya kamu haus ya, aku ambilkan minum ya!” potongnya dengan
expresi ceria yang seperti dibuat-buat.
Sebelum aku mampu mengatakan hal-hal yang lain lagi, ia beranjak dari kursinya
dan berjalan menuju meja untuk mengambil gelas minumku.dan pada saat itu
diam-diam gerak –geriknya aku perhatikan. Jantungku berdetak lebih cepat dari
biasanya .
“Ini reno minumnya!…kamukan lagi sakit jadi harus banyak minum air” ujarnya
sembari duduk dan memberikan gelas padaku.
Dengan senyum lemah aku menurut dan meneguk air yang ada di dalam gelas,
kemudian meletakkannya di atas meja kecil yang ada di sebelah ranjangku.Sambil
tersenyum Indah kembali duduk dikursinya tadi, dan kali ini aku dapat melihat
dengan secara jelas raut wajahnya yang cantik.
“ Indah, terimakasih ya sudah mau datang menjengukku, padahal dulu kamu gak
pernah suka datang kerumah cowok “ ucapku useperti mengulang kata-kataku
sewaktu indah barusaja datang tadi.
Tiba-tiba ekspresi indah berubah, rona merah menghiasi wajahnya kemudian dia
menundukan kepalanya. Dia terdiam, aku juga tidak tahu harus mengucap apa.
Setelah terdiam untuk beberapa lama, akhirnya diapun bicara.
“ inikan situasinya lain reno, kan yang aku jenguk orang yang sedang
sakit,sekalian aku mau bilang sama kamu kalau bulan depan aku mau pindah rumah dan
sekolah . Salah satu alasanku datang ke sini adalah untuk memberitahukan hal
tersebut kepada kamu,
Pada saat itu aku dapat merasakan wajahku memucat. Tiba-tiba perutku terasa
mual sekali.Pada saat itu, semua apa yang aku hayalkan untuk menjalin kembali
hubungan cinta kasih bersamanya lenyap sudah. Padahal sebelumnya aku mengira
kedatanganya kesini adalah untuk melanjutkan hubungan yang sempat terputus
lantaran dia pindah rumah dan sekolah , dan sebenarnya aku ingin mengatakan
kalau aku sebenarnya masih ingin menyambung kembali hubunganku dengannya, tapi
sayang aku terlambat karena sebentar lagi dia akan pergi jauh dari sini .
Hinggas ujung waktu..
Seperti diterjang badai dan ombak
Di hamparan samudera
Setelah aku tahu gadis yang sekarang duduk di hadapanku bukanlah indah yang
dulu aku kenal, yang selalu baik padaku, yang selalu menomorsatukan aku, yang
selalu menghiburku dikala aku sedang duka.
Wajahnya tidak berubah, bibirnya masih menyunggingkan senyum yang sama ketika
pertama kali aku mengenalnya, matanya masih memancarkan sinar yang sama, cahaya
penuh cinta. Hanya saja tatap itu mungkin bukan lagi di tujukan kepadaku.
Apakah egois bila aku masih ingin memilikinya?.
Ekspresi wajah indah berubah dari malu menjadi bingung.
“ Reno, kamu tidak apa-apa?” ujarnya khawatir, sambil menyipitkan matanya.
Aku berusaha tersenyum walau sulit .”Aku tidak apa-apa kok, hanya kaget aja,
tahu-tahu kamu sudah mau pergi lagi. Padahal sepertinya baru kemaren kita
bersama…”
Indah tertawa, tawa yang tulus.
“yah..biarlah reno, semuanya menjadi kenangan yang manis, kengan yang tak
mungkin bisa aku lupakan walau sampai kapanpun.
Aku terdiam. Mungkin bagi indah, semua itu hanya kenagan.
Namun bagiku tidak. Sampai detik ini, masih ada bagian dari hatiku yang
kusimpan hanya untuk dia. Mungkin untuk selamanya. Yah..selamanya hingga ujung
waktu.
Sudah sekitar tiga tahun kami tidak bertamu, atau saling memberi kabar, maka
ketika kami bertemu, aku merasa diriku terbawa kembali kemasa lalu, masa-masa
dimana dia dulu adalah satu- atunya wanita yang paling dekat denganku. Sampai –
sampai orang menganggap kami berdua pacaran. Dan kami nyaman- nayaman saja
dibilang seperti itu, walau sebenarnya aku belum pernah mengungkapkan rasa
cintaku padanya. Sebetulnya aku ingin sekali ungkapkan hal itu , namun ketika
ketika aku ingin ungkapkan hal itu, tiba-tiba bibir nini terasa kelu, tak mampu
berucap. Padahal dalam hati aku amat mencintainya, dan sampai saat ini tak ada
yang bisa mengalihkan rasa cintaku kepadanya, karena dia adalah satu-atunya
wanita yang paling bisa mengerti diriku, hanya dia yang mampu menghiburku
ketika aku dilanda masalah.
Betapa besar tekanan waktu itu bagi diriku, ketika indah memutuskan untuk
pindah rumah dan sekolah , aku telah merasa kehilangan seseorang yang sangat
penting dalam hidupku. Seseorang yang telah menjadikan diriku seperti sekarang
ini. Sebenarnya aku tidak ingin kehilangan Indah, tidak dahulu, tidakak
sekarang dan tidak untuk selamanya.
“ Indah..” Mulaiku, aku ingin mengatakan padanya, bahwa aku mencintainya, bahwa
hanya dialah satu- satunya wanita yang beanr-benar pernah aku cintai. …
Tapi tiba –t tiba dia memotong ucapanku setelah dia melihat jam di tangannya.
“ Wah sudah jam tiga sore! Aku harus pergi nikh, ada janji sama kakakku, dia
mau mengajakku mencari belanja ke supermarket . Yah setidaknya aku sudah lega
kamu baik-baik saja reno” indah tersenyum. “ sekali lagi kamu ahrus datang ya,
aku berharap kamu benar-benar bisa datang “
Dia bangkit dari kursinya dan meluruskan roknya. Aku hanya bisa menatapnya
tanpa bisa berkata apa-apa. Dia mengembalikan kursi yang ia duduki ke tempat
semula dan mengulurkan tangan kepadaku.
Aku ingin sekali menarik tangan tersebut dan memeluknyadan mengatakan padanya
bahwa aku sangat mencintaimu dan tak ingin jauh darimu , bahwa hanya akulah
orang Aku menyambut uluran tangannya dan menyalaminya.
“ selamat ya indah, aku turut bahagia “ kata-kata palsu tersebut tiba-tiba
keluar dari mulutku. Aku tidak bisa menyangkal bahwa hatiku sakit sekali ketika
mengucapkannya.
“ Aku pasti akan datang”
Indah tersenyum dan menepuk bahuku .
“ Begitu dong reno. Oke dekh, kapan-kapan kita ketemu lagi” kemudian dia
beranjak pergi, berjalan menuju pintu kamarku dan membukannya, sebelum menutup
pintu kamarku, dia menjulurkan kepalanya di celah pintu dan berucap “ cepat
sembuh ya Reno!” kemudian dia menutup pintu dan pergi.
Aku tidak sadar tanpa terasa air mataku menetes mengalir di pipiku dan jatuh
diatas tangan kiri yang sedang memeluk bantal di pangkuanku. Dan kini yang
tinggal hanya rasa sakit dan kekosongan mengisi relung hatiku.
Seperti udara, kujadikan kamu
berarti dalam nafasku
Seperti air, kujadikan kamu begitu berharga dalam setiap dahagaku
Seperti tanah , kujadikan kamu begitu bernilai dalam setiap langkahku
Dan seperti embun, yang selalu menyejukkan jiwaku
kini semua terasa hampa, hampa tiada rasa
namun kucoba untuk menerima kenyataan yang ada
karena cinta adalah, bahagia bila orang yang di cintainya bahagia
Dan ikut sedih bila orang yang dicintainya merasa sedih
Meski tidak bisa bersama tak apa dan aku bias merasakan jika dia jaga sayang
sama aku . Karena aku tahu bahwa cinta itu tidak selamanya harus memiliki.